Salah satu masalah (utama) banyak orang adalah masalah asmara atau
percintaan atau hubungan dengan seseorang yang spesial. Terutama bagi
perempuan. Yah, karena saya perempuan, saya nggak tahu sih, gimana
dengan para pria. Mungkin nanti para pria bisa memberikan opini yang
berbeda.
Kadang kita, para perempuan, terlalu bersemangat dengan
urusan cinta. Mungkin sebagian besar dari kita sejak kecil sudah
memiliki kriteria pria idaman dan merencanakan pernikahan ala kisah
cinta di film animasi Disney. Atau mungkin pada saat kuliah atau awal
bekerja kita merasakan tekanan terus menerus (baik secara sosial sosial
maupun diri sendiri) untuk bisa menemukan ‘the right one’ yang bisa
menjadi calon suami potensial, dan kalau bisa menikah sesegera mungkin…
…yang sayangnya banyak yang nggak kesampaian. Hehehe.
Mungkin
ini ada hubungannya dengan stigma bahwa perempuan itu kalau bisa cepat
nikah, jangan jadi single terlalu lama, apa kabar ovarium kita kalau
kelamaan belum menikah—dan sederet hal lain yang kebanyakan dari orang
tua kita terus-menerus ingatkan.
Dan bisa jadi hal tersebut
kayaknya udah tertanam dalam-dalam di alam bawah sadar kita,
sampai-sampai kalau misalnya kita baru bertemu dengan seorang pria
selama lima menit, kita secara otomatis berpikir kayak apa ya kalau dia
jadi suami kita. Ya kan? Ya kaann? Nggak apa-apa juga sih, menurut saya
itu manusiawi. Walaupun saya bilang itu manusiawi, belum tentu hal
tersebut benar untuk dilakukan :D
Iya sih, mencari calon suami
potensial itu penting, tapi kan bukan artinya kita harus memperlakukan
setiap cowok yang kita temui atau baru kita kenal seakan-akan dia adalah
‘the one’. Bukan apa-apa, hal ini biasanya hanya akan berujung pada
kekecewaan di sisi kita sendiri. Karena selain bahwa ini bisa membuat
kita dan si pria tersebut tertekan, pernikahan itu bukanlah sesuatu yang
harus dilaksanakan dengan terburu-buru hanya karena mengejar target.
Marriage is not a race.
Kalau memang jalannya, seharusnya sih
kita hanya akan menemukan satu orang sebagai ‘the right one’ yang
menjadi suami kita. Dan tebak ada berapa jumlah pria di dunia ini? Yes,
milyaran. Jadi, karena hanya akan ada satu orang di antara sekian
milyar, artinya nggak semua orang yang kita temui akan menjadi kandidat
potensial menjadi calon suami, kan? Masalahnya, sering kali saya
menemukan teman perempuan yang terburu-buru menetapkan akan menjalin
hubungan dengan seorang pria bukan karena dia merasa sayang, atau cinta,
atau mengalami heart-stopping romance—tapi lebih karena dia mencari
kenyamanan dan rasa ingin dicintai sehingga menurunkan ekspektasi. Saya
sih, sejujurnya, terserah aja. Tapi apa iya nggak mau tahu rasanya
memiliki hubungan yang tiap kali kita bersama si dia, rasanya ada
‘kupu-kupu yang berterbangan di dalam perut’? Jangan hanya karena nggak
ingin sendiri, kita menyerah mencari romantic love dan menerima lebih
sedikit dari yang seharusnya kita dapatkan.
Ketika kita sudah
memiliki pasangan pun, seringnya kita nggak sabar untuk menanyakan,
‘kapan kita nikah?’ Padahal pasangan kita pun mungkin udah sebal banget
ditanyain hal yang sama oleh keluarga dan kerabatnya. Saya sih berpikir
bahwa yang namanya hubungan, seperti juga hidup, bukanlah tentang
destinasi—tapi lebih kepada perjalanannya. Saat kita berpikir bahwa si
dia adalah the right one, calon suami idaman, dan label lain yang
membuat kita yakin bahwa dia adalah orang yang kita inginkan untuk
menemani sisa hidup kita, pada saat itulah biasanya kita ‘mempercepat’
hubungan tersebut. Ya itu, dengan nanyain kapan nikah. Walaupun mungkin
pertanyaannya nggak seeksplisit itu ya, hehe… Padahal menjalani suatu
hubungan adalah sesuatu yang harus dinikmati, karena ini adalah
perjalanan yang indah dalam hidup kita.
Lagi pula, kebanyakan
pria biasanya nggak ingin cepat-cepat nikah. Mereka masih ingin mengejar
karir, melanjutkan sekolah, mencari uang—dan hal-hal lain yang saya
yakin kita semua sudah tahu. Kalau menemukan yang ingin berkomitmen
cepat, lucky you. Mendorong mereka untuk cepat-cepat menikah dengan
kita, bisa menjadi bumerang. Saya yakin, kalau mereka memang menganggap
bahwa kita ‘the one’ untuk mereka, nggak perlu dipaksa-paksa, akan nanya
sendiri kok. Intinya sih, semua akan siap pada waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar