Tanpa disadari, udara segar yang dihirup, makanan yang
disantap, air yang mengalir, pemandangan alam yang terhampar seluas
pandang mata adalah nikmat dikaruniakan Tuhan kepada umat manusia.
Namun, terkadang manusia lupa untuk mensyukurinya.
Memang, hampir setiap hari manusia mengucap kata syukur, tapi tak
banyak yang mencoba menelisik kedalaman maknanya. Mengapa manusia perlu
bersyukur? Apa yang dimaksud dengan syukur? Apa esensinya? Dan,
bagaimana caranya bersyukur kepada Yang Maha Kuasa?Kata "syukur" berasal bahasa Arab, yaitu "syakara" yang berarti "terima kasi" dan "memuji". Bersyukur berarti mengucapkan lafaz "hamdalah", yaitu mengucapkan "Alhamdulillah", yang bermakna segala puji bagi Allah.
Menurut Fachruddin Hs. dalam "Ensiklopedia al-Qur’an", kata syukur diulang sebanyak 75 kali dalam 67 ayat Al-Quran. Kemunculan kata syukur menunjukkan bahwa bersyukur memang penting untuk diperhatikan.
Manusia kerap lupa bersyukur ketika nikmat melimpah kepadanya, tapi selalu ingat Sang Khaliq jika kesulitan datang menghampirinya. Dia alpa bahwa Allah berjanji dalam Al-Quran, jika seorang hamba mensyukuri anugerah yang dikaruniakan kepadanya, niscaya Dia akan menambahnya di kemudian hari.
Dalam Al-Quran di surat Ibrahim, Allah berfirman, yang artinya: "Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan, jika kamu bersyukur, Aku akan memberi tambahan (karunia) kepadamu; tetapi jika kamu tidak bersyukur, sungguh azab-Ku dahsyat sekali" (Q, 14: 7).
Ada alasan mengapa seorang beriman mesti mengucapkan syukur jika mendapat anugerah atau keberhasilan. Menurut Nurcholish Madjid, cendekiawan muslim, dengan bersyukur, seorang hamba menunjukkan bahwa dirinya rendah hati. Tidak sombong, karena dapat menjerumuskan dirinya.
Rasa dan sikap syukur, di lain sisi merupakan perwujudan kepercayaan kepada Allah Swt. Dia menyadari dan meyakini bahwa nikmat dan sukses yang diperoleh bukan semata karena usahanya, tapi ada bantuan Sang Pencipta. Sikap syukur, tanpa disadari juga akan melahirkan sikap produktif.
Lalu, bagaimana cara seorang hamba bersyukur?
Ada tiga jalan yang bisa ditempuh: bersyukur dengan hati, yakni mengakui semua anugerah datang dari Allah berdasarkan ketetapan-Nya; bersyukur dengan lisan, yakni memuji dan mengakui segala karunia yang Dia berikan; dan bersyukur dengan perbuatan, dengan cara meningkatkan ibadah dan perbuatan baik sebagai wujud syukur sebenarnya.
Kemampuan bersyukur merupakan kualitas hati yang penting. Dengan selalu mensyukuri karunia Allah, membuat diri kita senantiasa diliputi kebahagiaan, kedamaian, dan ketenteraman. Sebaliknya, jika tak mampu bersyukur (kufur), membuat hidup manusia terasa terbebani.
Sifat tidak bersyukur hanya menjadikan manusia pesimistis, sering disebut kotra-produktif. Dalam kasus ini, zikir atau mengingat Allah swt. dalam bentuk melafalkan nama dan sifat-Nya seperti mengucapkan subhânallâh, merupakan sikap yang baik dalam pensucian diri. Karena Allah suatu hal dapat atau tidak dapat tercapai.
Momentum Ramadhan kali ini bisa dijadikan ajang untuk selalu bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan. Sebab, sebagai mahluk terbatas, manusia tak mungkin mampu menghitung anugerah yang Dia limpahkan.
Dalam surat Al-Nahl, Allah berfirman, "Jika kamu menghitung-hitung nikmat, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya" (Q, 16:18).
Itulah esensi sifat bersyukur kepada Allah swt. Dengan bersyukur, manusia akan selalu berpikir positif dan optimis menghadapi segala persoalan. Semoga dengan datangnya bulan suci Ramadhan, kita termasuk hamba Allah yang bisa bersyukur tanpa batas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar